5 huruf, cinta. apa itu cinta ? cinta itu seperti apa ? apa peranan cinta dalam hidup ini ? apa memang cinta itu harus dimiiliki oleh setiap insan ? bagaimana cinta yang sesungguhnya dapat diraih ? cinta itu apakah hanya cinta terhadap lawan jenis ? apa yang dirasakan bila seseorang itu memiliki cinta ? . . . ? . . . ? sebenarnya masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan mengenai cinta. . .8 Pengertian Cinta Menurut yg ada dalam Qur'an
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'an
katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya
(man ahabba syai'an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta
sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai
dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang
dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti
kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi
orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka
berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka
bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti
perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.
Dalam Qur'an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan
"nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia
ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,
siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis
rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding
terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.
Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian
darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari
itu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham ,
yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri,
yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata
rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.
Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah
dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya
menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta
mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia
akhirat.
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara,
sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung
kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur'an disebut
dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada
yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang
lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil
dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir
tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term syaghaf
ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak
tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an
menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus
hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika
mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan
Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),
sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan
bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al
jahilin (Q/12:33)
7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur'an tetapi dari
hadis yang menafsirkan al Qur'an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5
dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan
tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur
dari hadis riwayat Ahmad; wa as'aluka ladzzata an nadzori ila wajhika
wa as syauqa ila liqa'ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.
Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa
Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang
apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il
tihab naruha fi qalb al muhibbi
8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik
kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang
menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada
pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la
yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
Cinta itu naluri
Allah Swt. udah ngasih rasa cinta kepada makhlukNya. Manusia, adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Jadi, kalo ada manusia yang nggak punya rasa cinta sedikit pun, berarti doi adalah ‘produk’ gagal. Itu nggak mungkin banget. Oya, perlu digarisbawahi (bila perlu dicetak tebal) bahwa rasa cinta itu sangat umum. Bisa kepada siapa aja dan kepada apa saja. Allah Swt. menyampaikan hal tersebut dalam firmanNya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran [3]: 14)
Nah, naluri mencintai akan mendorong manusia untuk memenuhi keinginan cintanya itu. Orang yang jatuh cinta akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian orang yang ia cintai. Begitu pun kalo kamu punya kecintaan kepada ponselmu, kamu pasti akan merawatnya. Kalo kamu cinta sama kendaraanmu, pasti merasa kehilangan kalo tuh kendaraan dirampas perampok. Semua orang yang merasakan cinta akan mengalami hal yang demikian. Maka, sungguh aneh tapi nyata kalo ada orang yang malah tertawa ngakak dan nggak merasa kehilangan ketika ponselnya ada yang nyopet. Itu namanya reaksi yang aneh.
Sobat, cinta adalah naluri. Sementara naluri itu rangsangannya dari luar. Bukan dari dalam. Terus, pemenuhannya juga nggak mutlak. Artinya, kalo pun nggak terpenuhi rasa cintanya, palingan cuma gelisah dan nggak tenang hidupnya. Nggak bakalan menyebabkannya sakit atau malah koit. Tentu ini berbeda dengan kebutuhan jasmani. Beda rangsangan dan beda pula dalam pemenuhannya. Kebutuhan jasmani tuh rangsangannya dari dalam tubuh kita, dan wajib dipenuhi. Kalo kita lapar, itu artinya perut kita udah kosong dan minta diisi makanan. Kalo nggak dipenuhi? Kita bisa sakit dan bahkan kalo itu dilakukan dalam waktu lama bisa berpeluang mengantarkan kita kepada kematian. Termasuk kalo kita hendak buang hajat tapi kita berusaha untuk menahannya, ada kemungkinan pertahanan kita jebol sehingga pipis atau buang air besar bukan pada tempatnya. Malu banget tuh kalo sampe ketahuan orang. Ancaman lain kalo pun kita berhasil menahannya, bakalan ada gangguan di daleman tubuh kita itu.
Itu sebabnya, kalo kita jatuh cinta, nggak perlu dan nggak boleh maksain langsung mengeskpresikannya dengan pacaran. Tanpa dieskpresikan dengan pacaran pun insya Allah kita nggak bakalan sakit, palingan gelisah aja. Lagian, jangankan orang yang nggak pacaran, yang nggak nikah selama hidupnya pun nggak menyebabkan orang tersebut sakit atau koit. Betul nggak sih?
Sobat muda muslim, jika kita emang cinta kepada lawan jenis, maka jangan pernah nekat mengekspresikan dengan pacaran. Kalo belum kepikiran untuk berumah tangga karena masih sekolah or merasa belum mapan, tetap jangan melampiaskannya dengan pacaran, apalagi perzinaan. Sebaiknya fokus untuk belajar dan berusaha mencari peghidupan agar lebih mapan dan siap mental untuk berumah tangga. Jangan kepikiran nyari yang instan dan jalan pintas. Apalagi jika itu harus mempertaruhkan masa depan kita di dunia, terlebih masa depan di akhirat kelak. Sayangi hidup kita ya. Jangan disia-siakan. Allah Swt. aja sayang sama kita dengan menurunkan begitu banyak aturan buat menuntun kehidupan kita ke jalan yang benar yang diridhoiNya. Masa’ kita nggak sayang kepada diri sendiri, dan juga kepada orang yang kita cintai sepenuh hati kita. Itu artinya, kalo emang sayang dan cinta sama diri sendiri dan lawan jenis kita, maka kita harus taat aturan Allah dan RasulNya dalam mengekspresikan cinta kepada lawan jenis. Cara yang dilakukan bukan pacaran, tapi pernikahan. Kalo belum siap nikah, tahan dulu, siapkan dulu, dan matangkan mental kita. Biarkan kuncup menjadi mekar dan berbunga, dan siap untuk dipetik. Oke?
Mulai sekarang, jangan ngaku-ngaku bilang cinta kepada lawan jenis deh kalo praktiknya malah kita memilih pacaran sebagai sarana ekspresi cinta kita. Juga jangan bilang cinta kepada lawan jenis kalo kita bukan hanya nggak mau menikah, tapi malah membenci lembaga pernikahan. Idih, mau jadi apa kita? Bukankah kehadiran kita di dunia ini adalah karena cintaNya Allah Swt.? Yuk, kita renungkan dalam-dalam.
0 komentar:
Posting Komentar